Profil Potensi Kelautan dan Perikanan Kab. Bulukumba
BAB I
KONDISI FISIK
A. LETAK DAN LUAS WILAYAH
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Jasirah
Sulawesi dan berjarak kurang lebih 153
kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan terletak antara 05020¢ –
05040¢ lintang selatan dan 119058¢ – 120028¢ bujur timur. Berbatasan
dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara, sebelah timur dengan Teluk Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores, dan sebelah barat dengan Kabupaten Bantaeng.
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar
1.154,7 km2
atau sekitar 2,5 persen dari luas
wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 (sepuluh) kecamatan dan terbagi ke
dalam 27
kelurahan dan 99
desa. Ditinjau dari segi luas kecamatan
Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing
seluas 173,5 km2 dan 171,3 km2 sekitar 30 persen dari luas kabupaten. Kemudian
disusul kecamatan lainnya dan terkecil adalah kecamatan Ujung Bulu yang
merupakan pusat kota Kabupaten
dengan luas 14,4 km2 atau hanya sekitar 1 persen.
Sponsored By:
Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada ketinggian 0 sampai
dengan 1000 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah
umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat mengairi
sawah seluas 23.365 Hektar, sehingga merupakan daerah potensi pertanian. Curah
hujannya rata-rata 230 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 11 hari per bulan.
b. Batas Wilayah :
- Utara : Kabupaten Sinjai
- Selatan : Laut Flores
- Barat : Kabupaten
Bantaeng
- Timur : Teluk Bone
c.
Panjang pantai : 128 km dengan karakteristik pada bagian timur didominasi oleh
pasir putih (Sedimen Laut) sementara pada bagian barat didominasi pasir hitam (sedimen
daratan). Jumlah kecamatan pesisir terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan. Panjang
pantai tiap kecamatan menurut yaitu : Kecamatan Gantarang (10 km), Kecamatan Ujung
Bulu (11,5 km), Kecamatan Bonto Bahari (48,2
km), Kecamatan Bonto Tiro (10,6 km), Kecamatan Herlang (16 km), Kecamatan
Kajang (20,2 Km).
e. Luas wilayah laut 4 mil laut dari
darat : 921.600 km².
f. Jumlah pulau-pulau kecil di Kabupaten
Bulukumba 2 (dua) buah pulau yang terdiri dari Pulau Kambing dan Pulau Liukang
Loe.
Sumber : Bulukumba dalam Angka Tahun 2012
B.
TOPOGRAFI
No.
|
Nama Pulau
|
Letak Geografis
|
Keterangan
|
|
Lintang
|
Bujur
|
|||
1.
|
Liukang Loe
|
50 38.39’ LS – 50 39.702’ LS
|
1200 25.263’ BT – 1200 26.772’
BT
|
Luas Pulau 8.472,69 Meter Persegi (8,4 Km2).
Jumlah penduduk 706 Jiwa (157 KK). Kawasan pulau ini berpotensi untuk
pengembangan wisata bahari
|
2.
|
Kambing
|
50 40.832’ LS – 50 40.750’ LS
|
1200 28.687’ BT – 1200 28.577’
BT
|
Luas Pulau 2.249,31 Meter Persegi (2.24 KM2). Pulau ini tidak
berpenghuni namun berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan karang serta
berpotensi untuk menjadi destinasi wisata bahari (Bawah Air)
|
Sebagian besar wilayah kabupaten
Bulukumba merupakan wilayah relatif datar (kelerengan 0 % - 2%) dengan luas 34
%, (kelerengan 2% - 4%) dengan 46 %. Kelerengan (kelerengan 15% - 40%)
dengan luasan 16 % sementera untuk (kemiringan > 40%) hanya seluas 5
% dari total luasan Kabupaten Bulukumba.
C.
KLIMATOLOGI
Suhu
rata-rata berkisar antara 23,82 0 C – 27,68 0 C. Suhu
pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian termasuk perikanan. Kabupaten
Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara bulan oktober – maret dan
musim rendengan antara april – september. Daerah dengan curah hujan tertinggi
terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah
memiliki curah hujan sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah.
Adapun curah hujan di Bulukumba meliputi
:
a. Curah hujan antara 800 – 1.000 mm/tahun meliputi Kecamatan
Ujung Bulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan Bonto Bahari.
b. Curah hujan antara 1.000 – 1.500 mm/tahun meliputi
sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan Bonto Tiro.
c. Curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun meliputi
Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang,
sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
d. Curah hujan antara
2.000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan
Herlang.
D. Kondisi
Geologi
Kondisi
fisik geologi Bulukumba berdasarkan litostratigrafi dapat dibagi menjadi satuan
batuan yang terdiri dari Formasi Walanae yang penyebaran batuan terutama di
daerah Kecamatan Kajang, Herlang dan Ujung Bulu. Batuan Gunung Api Lompobattang
1 dan penyebarannya di wilayah Kecamatan Kindang dan Bulukumpa. Batuan Gunung
Api Lompobattang II yang penyebarannya di wilayah Kecamatan Kindang bagian
utara serta endapan Aluvium dimana sebaran endapan aluvium ini terdapat di
daerah dataran rendah bagian selatan dan pada sungai-sungai.
Struktur
geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bulukumba terdiri atas perlipatan
dab sesar serta kekar. Sesar secara umum berarah Utara-Selatan sampai Barat
Laut – Tenggara, berupa sesar geser dan sesar normal; batuan yang tersesarkan
adalah batuan formasi Walanae. Sesar ini terbentuk oleh adanya gaya mendatar
pada Kala Pilosen. Kekar pada batuan umumnya berarah Barat Laut – Tenggara dan
Timur Laut – Barat Daya, berupa kekar terbuka dan kekar tertutup dengan intensitas
rendah, pada batuan Lava Andesit dan Basal; serta pada batuan sedimen Formasi
Walanae, Kekar pada batuan tersebut terbentuk adanya proses geologi gaya
pembentuk perlipatan dan sesar.
E.
Jenis Tanah
Jenis
tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :
a. Jenis tanah
yang terdapat di
Kabupaten Bulukumba berkembang dari 2 macam batuan yang berasal dari proses
yang berbeda, 1) batuan yang berasal dari proses endapan darat yang meliputi
endapan aluvial, satuan fluvia vulkanik, satuan aglomerat, satuan breksi
laharik, satuan breksi vulkanik (Batuan Gunung Api Lompobatang serta batuan
beku terobosan dan lelehan 2). Batuan yang berasal dari proses sedimen endapan
laut yang meliputi satuan batu gamping dan satuan napal (Formasi Walanae dan
Anggota Selayar formasi walanae).
b. Proses
petrogenesa yang terjadi di Kabupaten Bulukumba menyebabkan terbentuknya
beberapa macam jenis tanah, yaitu : Aluvial Hidromorf, Andosol, Regina,
Laterik, Litosol, Mediterania, Planosol dan Regosol.
F.
Hidrologi
Potensi
keterpadatan dari air permukaan sangat bergantung pada iklim, bentang alam,
jenis sifat fisik batuan dan tanah, penggunaan lahan serta kondisi struktur
geologi. Sungai utama di Kabupaten Bulukumba, anatara lain yaitu Sungai Bilao,
Bijawang, Balantiyeng dan Antorang, sungai-sungai tersebut termasuk tipe sungai
permanen (berair dan mengalir sepanjang tahun). Cabang-cabang sungai tersebut
merupakan sungai-sungai kecil berair dan mengalir pada musim hujan yang disebut
sungai intermitten, yaitu pada musim hujan kondisi aliaran air permukaan
debitnya besar sedangkan pada musim kemarau dengan debit kecil sehingga kering.
Pola
aliran sungai di Kabupaten Bulukumba terdiri atas, pola aliran sungai radial,
subdentrik dan multibasinal adalah sebagai berikut :
a. Tipe aliran sungai radial terdapat pada lereng
tenggara kompleks Gunung Api Lompobattang, mengalir pada batuan dasar batuan
konglomerat, breksi vulkanik, dan endapan fluvia vulkanik.
b. Tipe aliaran subdendrik menyebar di Bagian timur
Kabupaten Bulukumba dan mengalir pada batuan dasar Formasi Walanae, yaitu
batuan napal, batu pasir, batu pasir tufaan, sifat fisik batuan tingkat
kekerasan seragam dan terletak pada bentang alam dengan topografi bergelombang
lemah.
c. Tipe aliran multi basinal menyebar di bagian tenggara,
yaitu di Kecamatan Bonto Tiro dan Bonto bahari, merupakan jenis pola pengaliran
yang terletak pada batu gamping/batu kapur.
G.
Hidro – Oseanografi
Tinggi
gelombang di Pantai Bulukumba dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin ke arah
pantai, arah angin yang dapat membangkitkan gelombang/ombak berasal dari timur
laut, tenggara dan selatan (balai Meteorolgi dan Geofisika Wil. IV) tinggi
gelombang signifikan di Pantai Bulukumba dominan berkisar antara interval
0,51 sampai 1,0 m dengan periode 2
sampai 4 detik dan arah dominan gelombang berasal dari arah tenggara.
H.
Arus Pantai
Arus
disekitar pantai terdiri atas arus pasang surut, arus susur pantai dan arus
tolak pantai. Arus pasang surut dibangkitkan oleh pasang surut laut yang
terjadi sebelum gelombang/ombak pecah, dan arus susur pantai serta arus tolak
pantai dibangkitkan oleh gelombang setelah pecah. Arus pantai di Kabupaten
Bulukumba antara lain dari arah Timur Laut, Timur, Tenggara dan dari arah
selatan.
I.
Pasang Surut
Pasang
surut di pantai Kabupaten Bulukumba yaitu terjadi dua kali pasang, yaitu tertinggi
rata-rata : 0,866 meter dan pasang terendah rata-rata: 0,202 meter. Tipe pasang
surut adalah tipe campuran.
J.
Sedimentasi
Sedimentasi
yang terjadi di Kabupaten Bulukumba terjadi pada garis pantai yang berhadapan
langsung dengan Laut Flores di Bagian Selatan dan pantai yang berhadapan
langsung dengan teluk bone. Kemiringan dasar pantai berkisar antara 10% - 30 %,
sedimentasi berupa material lepas berukuran lempung hingga kerikil.
Material-material tersebut merupakan hasil pelapukan dari batua-batuan dari
daerah daratan. Sedangkan pantai di bagian timur merupakan pantai terjal, mulai
dari Tanah Beru hingga daerah Kajang, kemiringan lereng dasar pantai berkisar antara 60% - 100%, batuan penyusunan
pantai dari batu gamping (Anggota Selayar Formasi Walanae). Sedimentasi di
daerah pantai ini merupakan hasil abrasi terhadap pantai, material berupa
material lepas berukuran bongkah hingga pasir dan terendapan disekitarnya
membentuk endapan aluvial pantai.
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN,
SASARAN, STRATEGI
DAN
ARAH KEBIJAKAN
1.
V i s i
Dinas
Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga teknis Daerah dibidang Kelautan dan
Perikanan dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan Visi Dinas Kelautan dan
Perikanan yaitu :
“Jadikan Potensi Kelautan dan Perikanan sebagai harapan masa depan“
2.
M i s i
Pembangunan
Kelautan dan Perikanan di Bulukumba dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengembangkan,
membina dan memfasilitasi kepentingan nelayan dan pembudidaya serta pelaku
usaha perikanan lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan secara
berkesinambungan.
2. Pengendalian,
pengawasan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, serta jasa-jasa
lain secara berkelanjutan.
3. Menciptakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang lebih produktif.
4. Meningkatkan penyediaan bahan pangan sumber protein
hewani/ikan.
5. Meningkatkan sumber daya manusia kelautan dan perikanan.
3. Tujuan
Dan Sasaran
Adapun
tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
-
Meningkatkan kesejahteraan hidup dengan
kemandirian nelayan/pembudidaya ikan.
-
Meningkatkan produktifitas hasil-hasil
perikanan.
-
Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan
sumberdaya ikan dan kelautan.
-
Meningkatkan kelembagaan di tingkat
nelayan/pembudidaya ikan.
Sedangkan
sasaran pembangunan Kelautan dan Perikanan
adalah :
1. Tercapainya
peningkatan produksi perikanan.
2. Tercapainya
peningkatan pendapanan pembudidaya ikan/nelayan.
3. Tercapainya
peningkatan konsumsi ikan.
4. Tercapainya
penyerapan tenaga kerja.
5. Meningkatnya
jumlah armada dan alat tangkap.
6. Tercapainya
peningkatan sarana dan prasarana.
4. Strategi dan
Kebijakan Dinas Kelautan dan Perikanan
Didalam mewujudkan Visi dan menjalankan Misi, serta mencapai tujuan dan
sasaran seperti tersebut diatas, ditempuh dengan strategi yaitu :
1.
Peningkatan produksi perikanan
2.
Peningkatan pendapanan nelayan, pembudidaya dan pelaku usaha perikanan
lainnya.
3.
Penyerapan tenaga kerja
4.
Peningkatan sarana dan prasarana Kelautan dan
Perikanan.
5.
Pelestarian sumber daya kelautan dan perikanan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan kebijakan sebagai berikut :
1.
Pemberdayaan masyarakat nelayan, pembudidaya dan
pelaku usaha perikanan lainnya diarahkan
pada:
- Menjalin kemitraan antara
nelayan dan pembudidaya dengan stakeholders lainnya.
- Penguatan kelembagaan nelayan, pembudidaya dan
pelaku usaha dengan dukungan pembinaan teknis dan manajerial.
- Memfasilitasi peningkatan
SDM kelautan dan perikanan.
- Pengembangan aqua bisnis dan aqua industri berbasis masyarakat dan
potensi lokal, diarahkan pada orientasi pasar dan diversifikasi produk.
2.
Penataan pola pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan
-
Zonasi pemanfaatan wilayah pesisir dan laut
-
Pengembangan Minapolitan dan Industrialisasi
-
Penataan ruang wilayah pesisir dan laut
-
Pembentukan kawasan perlindungan sumber daya
kelautan
-
Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya
BAB III. KONDISI KELAUTAN DAN PERIKANAN
KABUPATEN BULUKUMBA
|
3.1. Kondisi Umum Kelautan dan
Perikanan Kab. Bulukumba
|
Jika
ditinjau dari segi geografis Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Kabupaten
yang sangat potensial dari aspek kelautan dan perikanan. Daerah ini terletak
antara 2 (dua) buah lautan yaitu
laut flores dan teluk bone. Posisi
strategis ini memungkinkan Kabupaten Bulukumba untuk menjadi pusat PELAYANAN
MARITIM untuk kawasan selatan Sulawesi Selatan, bahkan dengan posisi ini
Bulukumba diproyeksikan untuk menjadi pusat pelayan pada bagian timur
Indonesia. Selain dari pada itu dengan letak geografis tersebut nelayan
Bulukumba hampir tidak dipengaruhi oleh musim, karena pada Musim Barat dimana
gelombang kencang terjadi pada laut flores nelayan berpindah ke teluk bone
untuk menangkap, begitupula sebaliknya pada musim timur nelayan berpindah ke
laut flores untuk melakukan aktifitas penangkapan ikan. Sistuasi ini berdampak
positif terhadap suistainabilitas produksi perikanan karena para pengusaha mendapankan
jaminan supply produksi yang kontinyu.
Sisi
positif lain yang dimiliki oleh Kabupaten Bulukumba dari aspek maritim adalah
Budaya Bahari yang kuat, hal ini bisa dilihat adanya industri pembuatan Kapal
Phinisi yang berlangsung secara turun temurun. Pengetahuan konstruksi
perkapalan mereka tidak diperoleh melalui jalur legal formal melainkan melalui adanya insting kuat yang ditempa
oleh kondisi alam dan sosial kultur bahari yang kuat. Metoda pembangunan kapal
Phinisi mereka juga sangat berbeda dengan daerah lainnya. Jika di daerah
lainnya pembuatan kapal dimulai dari rangka justru di Kabupaten Bulukumba
pembangunan kapal dimulai dengan pemasangan dinding baru kemudian diikuti
dengan pemasangan rangka. Namun justru dengan metode pemasangan konstruksi
seperti itu kapal Phinisi Made in
Bulukumba sangat stabil dalam menghadapi gelombang.
Selain itu Kab. Bulukumba memiliki
potensi Kelautan dan Perikanan yang cukup tinggi, produksi perikanan tangkap
pada Tahun 2012 mencapai 32.735 Ton sementara produksi perikanan perikanan
budidaya sebesar 21.431,2 Ton, adapun rincian potensi perikanan dimaksud sbb:
JENIS PERIKANAN
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Rata-Rata Kenaikan (%)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1. GANTARANG
|
5.345,4
|
4.239,99
|
4.277,38
|
4.427,00
|
4.558,93
|
-3,33
|
2. UJUNG BULU
|
2.661,5
|
6.185,81
|
6.286,26
|
6.388,00
|
6.642,20
|
34,91
|
3. UJUNG LOE
|
4.579,1
|
909,76
|
939,24
|
973,00
|
990,50
|
-17,87
|
4. BONTO BAHARI
|
7.559,6
|
5.300,87
|
5.372,64
|
6.012,90
|
5.706,41
|
-5,43
|
5. BONTO TIRO
|
1.200,0
|
1.476,01
|
1.423,84
|
1.314,00
|
1.594,00
|
8,27
|
6. HERLANG
|
3.853,0
|
5.535,94
|
5.615,33
|
5.991,00
|
5.947,68
|
12,77
|
7. KAJANG
|
5.544,0
|
6.660,17
|
6.775,99
|
7.753,00
|
7.295,58
|
7,60
|
Jumlah
|
30.742,6
|
30.308,5
|
30.690,7
|
32.858,9
|
32.735,3
|
1,63
|
Tabel 1 : Produksi Perikanan Tangkap
Gambar
3.1 : Trend Produksi Perikanan Tangkap 2008 – 2012
Berdasarkan
data Time Series diatas terlihat
bahwa secara umum produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan sebesar 1,63 %. Peningkatan produksi ini secara
linier berbanding lurus dengan upaya pemerintah Kab. Bulukumba khususnya Dinas
Kelautan dan Perikanan dalam merestrukturisasi Armada Penangkapan Ikan. Baik
armada penangkapan ikan berkapasitas kecil (5 GT) sampai pada armada dengan kapasitas
cukup besar (30 GT).
Meskipun secara umum Produksi
perikanan tangkap di Kab. Bulukumba mengalami peningkatan, namun terdapat 3 (tiga)
dari 7 (tujuh) kecamatan pesisir yang ada mengalami trend penurunan produksi.
Adapun kecamatan yang mengalami penurunan produksi tersebut adalah Kecamatan
Gantarang, Kecamatan Ujung Loe, dan Kecamatan Bonto Bahari. Penurunan ini
disebabkan bukan karena penurunan kinerja para nelayan ataupun berkurangnya
sumber daya melainkan karena pada 3 (tiga) kecamatan ini terjadi peralihan Mata
Pencaharian, dimana para nelayan banyak yang beralih menjadi petani Rumput Laut
baik sebagai pekerjaan alternatif (separuh pembudidaya separuh nelayan) maupun sebagai
pembudidaya secara menyeluruh (menjadi pekerjaan pokok).
Kecamatan yang mengalami peningkatan
produksi paling tinggi adalah Kecamatan
Ujung Bulu sebesar 34,91 %, disusul Kecamatan Herlang 12,77% dan Kecamatan
Kajang 7,60%. Peningkatan produksi paling tinggi pada Kecamatan Ujung Bulu
dikarenakan Kecamatan ini merupakan Ibu Kota Kabupaten Bulukumba, sehingga di
wilayah kecamatan terdapat pangsa pasar yang bagus untuk pemasaran produksi
perikanan, hal ini yang menarik minat para nelayan untuk mendaratkan hasil
tangkapannya di wilayah ini. Selain itu produksi perikanan yang di daratkan
didominasi oleh ikan pelagis kecil yang bukan merupakan komoditas ekspor
utama.komposisi produksi tersebut sangat cocok dengan konsumen ikan domestik
yang lebih memilih mengkonsumsi ikan pelagis kecil. Sementara itu untuk
Kecamatan Herlang dan Kajang peningkatan produksi disebabkan karena peningkatan
jumlah dan kapasitas armada penangkapan, selain itu penggunaan teknologi
seperti teknologi GPS yang menggunakan satelit turut membantu dalam peningkatan
produksi tersebut. Faktor lain yang menjadi penyebab adalah dengan
diluncurkannya program Minapolitan Perikanan Tangkap dimana dari 7 (tujuh)
kecamatan pesisir masuk dalam zona Minapolitan. Zona Minapolitan ini terdiri
dari Zona Inti yaitu Kecamatan Kajang dan Zona Penyangga/Pengembangan terdiri
dari kecamatan Bonto Tiro, Herlang, Bonto Bahari, Ujung Loe, Ujung Bulu dan
Gantarang.
Gambar 3.2 : Lokasi Perairan Kab.
Bulukumba
Gambar 3.3 : Garis Batas Wilayah
Perairan Kab. Bulukumba
Berdasarkan
Undang-undang Otonomi Daerah Tahun 2004, wilayah kewenangan perairan untuk
Kabupaten sebesar 4 Mill Laut dari wilayah daratan. 1 Mil laut = 1,852 km
berarti wilayah laut Kab. Bulukumba kearah laut sepanjang 7.408 km. Dengan
panjang garis pantai sepanjang 128 KM maka luas wilayah pengelolaan perairan
Kab. Bulukumba seluas 948.224 KM2.
Tabel 2 : Produksi Perikanan Budidaya
JENIS
PERIKANAN
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Rata-Rata Kenaikan (%)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
A.
AIR PAYAU (TAMBAK)
|
6.667,1
|
5.507,1
|
5.080,4
|
5.478,2
|
4.380,8
|
-9,34
|
1.GANTARANG
|
1.485,60
|
966,30
|
1.120,50
|
1.046,90
|
927,00
|
-9,25
|
2.UJUNG
BULU
|
498,10
|
416,10
|
419,30
|
331,40
|
263,90
|
-14,26
|
3.UJUNG
LOE
|
1.297,70
|
1.423,80
|
1.514,50
|
2.913,70
|
2.210,90
|
21,09
|
4.BONTO
BAHARI
|
430,70
|
359,40
|
342,20
|
235,10
|
162,60
|
-20,87
|
5.BONTO
TIRO
|
222,90
|
205,50
|
172,00
|
80,60
|
83,50
|
-18,41
|
6.HERLANG
|
1.302,00
|
182,70
|
202,40
|
69,50
|
52,90
|
-41,18
|
7.KAJANG
|
1.430,10
|
1.953,30
|
1.309,50
|
801,00
|
680,00
|
-12,58
|
B.
BUDIDAYA LAUT
|
6.702,8
|
5.578,1
|
7.214,8
|
14.033,10
|
16.584
|
31,31
|
1.GANTARANG
|
1755,8
|
1.680,40
|
2168,9
|
4004,2
|
4.572,00
|
30,89
|
2.UJUNG
BULU
|
1672,1
|
498,10
|
1.760,00
|
3.181,90
|
3.713,50
|
70,16
|
3.UJUNG
LOE
|
1735,4
|
1.654,80
|
1.686,80
|
3.274,70
|
4.243,00
|
30,25
|
4.BONTO
BAHARI
|
1539,5
|
1.744,80
|
1.599,10
|
3.572,30
|
4.055,00
|
35,47
|
5.BONTO
TIRO
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6.HERLANG
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.KAJANG
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
C.
K O L A M
|
68,9
|
108,9
|
181,6
|
124,5
|
312,4
|
61,07
|
1.GANTARANG
|
-
|
1,5
|
20,70
|
21,50
|
25,50
|
325,62
|
2.UJUNG
BULU
|
-
|
-
|
-
|
0,00
|
0,00
|
|
3.UJUNG
LOE
|
-
|
-
|
11,90
|
15,10
|
15,70
|
7,72
|
4.BONTO
TIRO
|
-
|
-
|
-
|
0,00
|
1,50
|
1,50
|
5.HERLANG
|
4,80
|
11,00
|
32,29
|
|||
6.KAJANG
|
5,60
|
19,00
|
59,82
|
|||
7.BULUKUMPA
|
43,9
|
69,3
|
94,50
|
10,50
|
136,50
|
301,33
|
8.RILAU
ALE
|
25,0
|
38,1
|
54,50
|
67,00
|
103,20
|
43,10
|
9.KINDANG
|
21,2
|
21,2
|
36,10
|
50,00
|
77,50
|
40,95
|
D.
S A W A H
|
1,4
|
4,0
|
13,5
|
47,5
|
63,0
|
176,92
|
1.GANTARANG
|
-
|
-
|
-
|
7,5
|
6,0
|
-5,00
|
2.UJUNG
LOE
|
3,0
|
-
|
-25,00
|
|||
3.BULUKUMPA
|
1,0
|
2,9
|
8,10
|
20,50
|
31,00
|
143,40
|
4.RILAU
ALE
|
0,4
|
1,1
|
5,40
|
16,50
|
26,00
|
207,26
|
5.KINDANG
|
0,5
|
0,9
|
3,20
|
18,50
|
16,00
|
200,04
|
TOTAL
|
13.440,2
|
11.198,1
|
12.490,3
|
19.683,3
|
21.339,7
|
15,22
|
Tabel
1 : Trend Produksi Perikanan Budidaya
Untuk sub sektor budidaya Trend
produksinya sedikit fluktuatif dan perkembangnya mengalami trend yang berbeda
antara jenis Budidaya. Untuk budidaya tambak terlihat bahwa selama 5 (lima)
tahun terakhir mengalami penurunan sekitar 9,34 %, penurunan tertinggi terjadi
pada tahun 2012 dimana pada tahun 2011 produksi tambak mencapai 5.478,2 Ton dan
pada Tahun 2012 turun menjadi 4.380,8 Ton atau turun 1.097,4 Ton. Penurunan
produksi ini disebabkan karena secara umum kondisi tambak sudah menurun dalam
mendukung kehidupan komoditas yang dibudidayakan. Tanah dasar tambak umumnya
mengalami kondisi yang masam karena pada saat budidaya para pembudidaya belum
menerapkan sepenuhnya kaidah-kaidah CBIB (Cara Berbudidaya Ikan yang Baik).
Akibat minimnya pengelolaan dasar tambak yang minim ini, nilai pH tanah dasar
tambak menurun ke level 5 – 6, padahal kondisi ideal yang direkomendasikan
adalah pH 7. Dengan menurunnya nilai pH ini, kandungan nitrogen yang terkandung
dalam pupuk akan berubah menjadi nitrit yang tentunya justru akan menjadi racun
bagi komoditas budidaya. Dengan kondisi seperti ini seberapa banyak pun pupuk
yang di introduksi ke tambak justru akan berdampak negatif pada tambak.
Selain kondisi itu, penyebab lain
dari menurunnya produksi tambak adalah suplai air ke wilayah tambak kurang
memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan normalisasi saluran tambak sekaligus menerapkan sistem irigasi
gravitasi untuk menekan biaya dalam produksi.
Untuk sub sektor budidaya laut
(budidaya rumput laut), sub sektor ini merupakan sub sektor yang sangat agresif
dalam peningkatan produksi. Pada Tahun 2010 produksi rumput laut baru mencapai
7.214,8 ton, namun pada tahun 2011
meningkat menjadi 14.033,1 Ton dan pada Tahun 2012 kembali meningkat dengan
produksi sebesar 16.583,5 Ton atau sebesar 297,3 %. Peningkatan yang fantastis
ini karena banyak nelayan dan masyarakat lain non perikanan yang berpindah
menjadi pembudidaya Rumput Laut sehingga terjadi ekstensifikasi dan
intensifikasi budidaya. Peralihan pekerjaan ini terjadi karena berbudidaya
rumput laut cukup mudah dengan modal dan resiko usaha yang terbilang kecil,
ditambah dengan arti penting komoditas ini sebagai komoditas Ekspor semakin
menempatkannya sebagai komoditas andalan untuk penghasil devisa. Pengembangan
rumput laut ini berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kab.
Bulukumba dimana pada Tahun 2012 jumlah tenaga kerja yang terserap sekitar
3.204 Rumah Tangga Perikanan (RTP) atau 9.612 orang. Selain itu kualitas rumput
laut di Kab. Bulukumba terkenal oleh kalangan eksportir lebih berkualitas
dibanding dengan daerah lainnya, posisi ini juga sangat mendukung Prop.
Sulawesi Selatan sebagai daerah penghasil rumput laut di Indonesia bahkan
penghasil rumput laut terbesar ke 2 di dunia setelah Philphine untuk euchema.
Untuk budidaya kolam jika dibandingkan
dengan potensi air tawar yang ada, aktifitas berbudidaya ini belum mengalami
perkembangan yang significant meski selama 5 (lima) tahun terakhir sudah
mengalami peningkatan produksi sebesar 61,07 %, namun orientasi produksi ikan
air tawar ini belum mengarah pada komersial melainkan masih berbasis pada
konsumsi semata. Dengan demikian jika ditinjau dari aspek ekonomi budidaya air
tawar ini belum berdampak banyak terhadap peningkatan income (pendapanan)
masyarakat meskipun diantara beberapa pembudidaya sudah ada yang menjual hasil
produksinya. Orientasi masyarakat yang masih lebih banyak ke konsumsi ini
karena kurangnya pangsa pasar baik itu lokal maupun ke regional. Strategi awal
yang bisa dilakukan adalah memasyarakatkan konsumsi ikan air tawar pada
penduduk Bulukumba, dimana saat ini penduduk lokal masih lebih menyukai ikan
laut dibanding ikan air tawar padahal baik gizi dan rasa ikan air tawar tidak
kalah bagus dengan ikan air laut.
3.2. Kondisi Pesisir
Kab. Bulukumba
|
Gambar
3.4. Peta Batimetri Wilayah Pesisir Kabupaten
Bulukumba
(a) Panjang Garis Pantai
Wilayah pesisir Kabupaten
Bulukumba mempunyai panjang pantai sekitar 120 km yang diukur melalui citra
satelit Landsat TM akuisisi April dan Juli 2010, mulai dari ujung barat (Pantai
Selatan) sampai ujung utara atau Pantai Timur (dari Kecamatan Gantarang sampai
Kecamatan Kajang. Garis pantai terpanjang terdapat di kecamatan Bontobahari
yaitu sekitar 48 km (termasuk Pulau Liukang Loe (8 km) dan Pulau Kambing (2 km)),
sedangkangaris pantai terpendek yaitu Kecamatan Gantarang dengan panjang
sekitar 8 km. Panjang pantai
masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel
3. Panjang Garis
Pantai Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bulukumba
No.
|
Kecamatan
|
Panjang
Pantai
(Km)
|
Prosentase
(%)
|
1
|
Gantarang
|
8
|
6,67
|
2
|
Ujung Bulu
|
12
|
10,00
|
3
|
Ujung Loe
|
13
|
10,83
|
4
|
Bontobahari
|
48
|
40,00
|
5
|
Bontotiro
|
9
|
7,50
|
6
|
Herlang
|
13
|
10,83
|
7
|
Kajang
|
17
|
14,17
|
Total
|
120
|
100,00
|
Sumber : Hasil Analisis
Citra Satelit Landsat TM Kabupaten Bulukumba Tahun 2010
b) Tipologi Pantai
Berdasarkan
lithologinya, pantai di Kabupaten Bulukumba dapat dibedakan dalam beberapa tipe
yaitu:
Gambar
3.5. Pantai Bermangrove di Kecamatan Ujung Loe
|
2). Pantai liat berpasir dan berlumpur. Tipe pantai ini merupakan pantai pasang surut
yang lebar, biasanya terdapat pada muara-muara sungai. Beberapa bagian terdapat vegetasi mangrove
dengan
dari jenis Nipa. Pada daerah permukiman,
pantai ini sebagian besar telah ditembok untuk mengatasi abrasi pantai.
Gambar 3.6. Pantai Liat Berpasir dan Berlumpur
3). Pantai berpasir dan berpasir putih. Pantai
berpasir dan berpasir putih merupakan pantai datar dengan sedimen biogenous
berasal dari sisa-sisa rangka organisme laut. Pantai berpasir terdapat di
wilayah pesisir Selatan Kabupaten Bulukumba, yakni di Kecamatan Gantarang,
Ujung Bulu dan Ujung Loe, sedangkan pantai berpasir putih umumnya ditemukan
Bonto Bahari, Pulau Liukang Loe, Bontotiro, Herlang dan Kajang.
Pantai berpasir putih di Dharmacamplong
|
Pantai di P. Mandangin-pantai berpasir putih
|
Gambar
3.8. Pantai
Berpasir putih di Tanjung Bira Kecamatan Bontobahari
|
3). Pantai berbatu. Pantai ini merupakan pantai
yang pada umunya berbukit dan berdindin curam. Jenis pantai ini terdapat pada
bagian timur Kabupaten Bulukumba yakni di kecamatan kajang, Herlang, dan Binto
Tiro. Sedangkan di pantai selatan hanya ditemukan di Kecamatan Bonto Bahari
Gambar
3.9. Pantai Berbatu di Kecamatan
Bontotiro
Gambar 3.10. Pantai Reklamasi di Kecamatan Ujung Bulu
(c). Morfologi Pantai
Morfologi pantai di
Kabupaten Bulukumba sebagian besar merupakan pantai landai dibagian selatan dan
berbukit pada pantai Timur. Kondisi
relif tanah atau kemiringan lereng pada tujuh kecamatan yang masuk sebagai
kawasan wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba, yaitu 0-40%. Tingkat
kemiringan lereng wilayah pesisir dan laut didominasi oleh kemiringan lereng 2
– 25% dengan luas 33,806 Ha, sedangkan kemiringan lereng > 40% merupakan
bahagian terkecil yaitu 834 Ha.
Bentang alam
ditinjau dari relif permukaan tanah, maka wilayah pesisir dan laut Kabupaten
Bulukumba dikatagorikan sebagian dearah datar sampai berelombang dan berbukit.
Namun pada umumnya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bulukumba merupakan
wilayah dataran rendah dengan tingkat kemiringan lereng sekitar 0 – 15%.
(d)
Abrasi Pantai
Gelombang yang memecah di pantai
merupakan penyebab utama proses abrasi pantai.
Pada saat gelombang memecah di bibir pantai terjadi run up, kemudian surut kembali ke laut dan membawa sedimen/material
di sekitar pantai, sedimen ini disebut littoral
drift. Sebagian besar gelombang datang dengan membentuk sudut tertentu
terhadap garis pantai, dan menimbulkan arus sejajar garis pantai (longshore current), yang
menggerakkan littoral drift atau sedimen sekitar garis pantai dalam bentuk
zigzag sebagai akibat datang dan surutnya gelombang ke laut.
Abrasi merupakan proses geologi yang
dominan di wilayah pesisir Kabupaten Bulukumba, baik di wilayah pesisir selatan
maupun Timur. Secara alamiah diduga
kemunduran garis pantai akan terus berlangsung sebagai akibat perubahan iklim
global terutama meningkatnya suhu yang mengakibatkan permukaan air laut relatif terhadap tanah terus naik. Proses abrasi umumnya
terjadi pada kondisi cuaca musiman yang membangkitkan gelombang ekstrim pada
musim barat dan musim timur.
Gambar 3.11. Tipologi Pantai
(Abrasi) di Kecamatan Ujung Bulu
Pantai-pantai di Kabupaten Bulukumba
sebagian besar juga telah megalami abrasi yang disebabkan karena rusaknya
formasi mangrove dan terumbu karang yang melindungi pantai. Abrasi pantai di daerah ini mengancam keberadaan
jalan dan permukiman penduduk.
Di wilayah pesisir bagian Timur
terjadi abrasi pantai yang disebabkan oleh terbatasnya pelindung pantai
(mangrove) dan pengambilan pasir serta batu-batu di pantai. Hampir sepanjang pantai di wilayah pesisir
mengalami abrasi yang sangat mengancam infrastruktur (jalan dan jembatan) serta
permukiman penduduk. Abrasi yang parah terjadi di Kecamatan Ujung Bulu.
BAB IV. FASILITAS
YANG DIMILIKI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
|
4.1. Fasilitas Bidang Perikanan Tangkap
|
a. Pelabuhan
Perikanan (PPI) / TPI
Kab. Bulukumba memiliki 7 (tujuh) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan
TPI, yang mana diantaranya adalah :
1. TPI
Bintarore Kec. Gantarang
2. TPI
Bentenge Kec. Ujung Bulu
3. TPI
Panrang Luhu Kec. Bonto Bahari
4. TPI
Bajange Kec. Herlang
5. TPI
Para-Para Kec. Bonto Tiro
6. PPI
Tanah Lemo Kec. Bonto Bahari
7. PPI
Kajang Kec. Kajang (Zona Inti Minapolitan)
Dari sekian banyak TPI dan
PPI diatas, PPI Kajang merupakan Zona Inti Minapolitan dan merupakan PPI
terbesar yang ada di Kab. Bulukumba, namun demikian PPI Tanah Lemo merupakan
PPI terbesar kedua dan masih dalam tahap pengerjaan. PPI Tanah Lemo Bonto Bahari
di proyeksikan untuk menjadi salah satu pelabuhan perikanan yang akan melayani
kawasan selatan sulawesi selatan khusunya dalam pelayanan maritim perikanan.
Pembangunan PPI di Bonto Bahari ini dimaksudkan dalam mengakselerasi
pertumbuhan Minapolitan, dimana saat ini PPI dan TPI yang ada belum mampu
menjadi pengungkit utama dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga dibutuhkan PPI
penyangga yang membantu dalam meningkatkan konetivitas antar zona di wilayah
Minapolitan. Selain itu PPI ini dimaksudkan sebagai pintu masuk nelayan luar
dari arah laut flores, sementara PPI Kajang berfungsi untuk melayani secara
langsung aktfitas berlabuh yang berlangsung di Teluk Bone.
Selain dari PPI diatas, TPI
juga memerankan peranan yang tidak kalah pentingnya, terutama dalam rantai
pemasaran hasil perikanan. TPI yang tersebar di semua wilayah kecamatan pesisir
ini merupakan ujung tombak dalam pemasaran hasil perikanan bahkan menjadi
indikator utama dalam kemajuan industri perikanan di Kab. Bulukumba.
Gambar 4.1. Pintu Gerbang
PPI Kajang
Gambar 4.2. Gedung
Pelelangan Ikan
Gambar
4.3. Fasilitas Dermaga PPI Kajang
Gambar 4.4. Cause Way PPI Tanah Lemo Kec.
Bonto Bahari (Under Construction)
Gambar 4.5. Break Water PPI Tanah Lemo
Kec. Bonto Bahari (Under Construction)
b. Kapal
Pengawas
Dalam
rangka mengawasi sumber daya kelautan dan perikanan di Kab. Bulukumba, Dinas
Kelautan dan Perikanan memiliki 1 (satu) unit kapal pengawas dan 1 unit speed
boat, namun speed boat ini untuk
sementara tidak digunakan karena saat ini dalam kondisi rusak.Sementara kapal
pengawas lain yang berupa kapal kayu masih aktif digunakan bahkan telah
berhasil melakukan penangkapan pelaku pemboman di lokasi.
Gambar
4.6. Kapal Pengawas DKP
Dari
gambar terlihat bahwa kapal patroli pengawasan sumber daya laut yang dimiliki
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan berupa kapal kayu dan memiliki model yang
persis sama dengan kapal penangkap ikan yang dimiliki oleh nelayan. Hal ini
merupakan strategi karena dengan model kapal yang sama dengan perahu nelayan,
maka para pelaku pemboman dan pembiusan ikan tidak menyadari datangnya kapal
pengawas apabila mereka melaksanakan aktifitas penangkapan illegal.
Patroli
pengawasan terhadap sumber daya kelautan ini memiliki peranan penting, karena
berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat kerusakan terumbu karang
sudah mencapai 70 % atau hanya sekitar 20 % saja dalam kondisi baik dan 10 %
dalam kondisi sangat baik. Jika ini dibiarkan berlanjut maka bukan tidak
mungkin kedepan ekosistem terumbu karang akan rusak secara total, yang tentunya
akan berdampak pada punahnya ekosistem dan sumber daya ikan juga akan berdampak
pada kerusakan pesisir seperti abrasi.
Dari
sekian kali aktifitas patroli yang dilaksanakan, tim sudah seringkali melalukan
penangkapan, hal ini menjadi pertanda bahwa aktifitas pemboman dan pembiusan
ikan masih marak. Adapun aktifitas penangkapan para Illegal Fisher dapat dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 4.7.
Penangkapan Pelaku Pemboman Ikan di Pulau Liukang Loe
4.2. Fasilitas Bidang
Perikanan Budidaya
|
a. Balai
Benih Ikan (BBI)
Sebagai
upaya dalam memenuhi kebutuhan benih ikan air tawar di Kab. Bulukumba, maka
pada Tahun 2003 dibangun Balai Benih
Ikan di Tanete Kec. Bulukumpa. Lokasi ini dipilih karena Bulukumpa merupakan
sentra pengembangan air tawar sehingga para pembudidaya di kawasan ini akan
dengan mudah mengakses bibit ikan air tawar pada saat dibutuhkan.
Selain
itu pada lokasi pembangunan BBI ini terdapat sumber mata air yang memadai
sehingga menjamin keberlangsungan pembibitan bahkan pembesaran di areal BBI.
Secara tahunan BBI ini sudah berhasil memberi konstribusi Pendapanan Asli
Daerah (PAD) berkisar 10 juta / tahun. Secara matematis nilai ini masih sangat
kecil bila dibandingkan dengan produksi benih dan potensi yang ada, namun
pembangunan BBI ini memang didirikan bukan bertujuan sebagai mesin penghasil
PAD melainkan sebagai alat dalam
memenuhi kebutuhan benih ikan air tawar. Dengan terpenuhinya kebutuhan bibit
maka kesejahteraan masyarakat bisa terangkat.
Gambar
4.8. Balai Benih Ikan (BBI) Tanete
b. Pasar
Benih Ikan (PBI)
Benih
ikan air tawar yang dihasilkan BBI selanjutnya akan dipasarkan ke masyarakat,
namun untuk memasarkan benih ini tentu memerlukan wadah khusus dalam memudahkan
pemasarannya, jika hanya mengandalkan kolam yang ada di BBI maka nantinya benih
ikan akan sukar dipasarkan karena harus ditangkap terlebih dahulu, selain itu
kolam pembenihan akan terganggu jika benih ikan yang belum laku dipasaran. Oleh
karena itu diperlukan sebuah bangunan pendukung dengan membangun Pasar Benih
Ikan (PBI). PBI ini dibangun di Kec. Rilau Ale. Lokasi ini cukup strategis
karena bisa melayani kebutuhan benih di wilayah sekitarnya seperti Kec.
Gantarang, Kec. Ujung Bulu bahkan Kec. Kindang.
Gambar
4.9. Pasar Benih Ikan (PBI) Kec. Rilau
Ale
BAB V. PENUTUP
|
1. Kesimpulan
a. Potensi
kelautan dan perikanan Kab. Bulukumba sangat besar dimana panjang garis pantai sepanjang 128 Km
dengan jumlah pulau 2 (Dua) Buah.
b. Selain
dari potensi kelautan dan pesisir Bulukumba juga kaya akan potensi perikanan
budidaya payau dan air tawar.
c. Kondisi
sarana dan prasarana perikanan cukup lengkap namun tidak semua kondisi sarana
dan prasarana berada dalam kondisi baik
2. Saran
Untuk memaksimalkan
pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan diperlukan upaya promosi yang
intensif untuk mengundang investasi.
SAMBUTAN
|
Investasi merupakan salah satu kata
kunci dalam mengakselerasi pembangunan daerah. Pembangunan ini harus ditopang
pertumbuhan ekonomi di setiap aspek untuk menjamin cash flow di masyarakat tetap terjaga, pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang kuat juga akan menjamin daya beli masyarakat, sehingga pertumbuhan
disegala aspek pasti akan tercapai pula.
Namun demikian, bukan hanya
pertumbuhan yang harus dikejar, namun pertumbuhan yang berkeadilan jauh lebih
penting, karena pertumbuhan yang tidak berkeadilan biasanya hanya akan
dinikmati oleh golongan atas saja, sementara golongan bawah seperti nelayan dan
pembudidaya ikan tidak mampu mengambil manfaat dari pertumbuhan yang diperoleh.
Untuk
itu perlu perhatian khusus terhadap Sektor Kelautan dan Perikanan, karena stakeholders yang terlibat didominasi oleh kasta ekonomi pas-pasan. Berbeda jika
pertumbuhan itu terjadi di sektor industri dan jasa maka yang menikmati
pertumbuhan ekonomi ini akan di dominasi oleh kasta ekonomi tingkat tinggi.
Selain
itu sektor kelautan dan perikanan ini merupakan sumber daya yang sangat
melimpah di daerah ini, dimana diantara 10 (sepuluh) kecamatan yang ada, 7
(tujuh) diantaranya merupakan wilayah pesisir dengan garis pantai yang
membentang sepanjang 128 Km atau merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki
garis pantai terpanjang di Sulawesi Selatan. Dari aspek budaya Kab. Bulukumba
juga sangat identik dengan kemaritiman, terbukti dengan adanya industri rakyat
Phinisi yang bertahan ratusan tahun dan tetap eksis hingga kini.
Menyadari
pentingnya pembangunan di aspek ini, maka melalui Buku Profil Kelautan dan
Perikanan TA. 2013 ini diharapkan dapat mengekspose potensi yang ada dan
diharapkan kedepan dapat menarik investasi masuk di daerah ini.
KATA PENGANTAR
|
Keberhasilan pembangunan suatu
daerah ditentukan oleh perencanaan yang matang, proses perencanaan ini harus
dilaksanakan secara sistematis, dimana pelaksanaan kegiatan harus berdasarkan
potensi dan kesesuaian kebutuhan daerah. Tidak jarang kita peroleh bahwa sebuah
proyek daerah berakhir dengan kegagalan atau tidak bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat. Kejadian seperti ini tentu akibat belum adanya kajian potensi dan
analisis kebutuhan sehingga program dan kegiatan yang muncul hanya kebutuhan
sesaat bahkan tidak hadir melalui proses kalkulasi yang matang.
Untuk menghindari kejadian serupa,
diperlukan sebuah pendataan konfrehensif yang menyajikan tidak hanya data
mentah melainkan melalui proses analisis sehingga permasalahan dan segala
kendala yang dihadapi tahun sebelumnya bisa diatasi secara ilmiah.
Berdasar pada hal ini Dinas Kelautan
dan Perikanan pada TA. 2013 melaksanakan kajian untuk menyusun Buku Frofil yang
diharapkan bukan hanya menyajikan potensi kelautan dan perikanan, namun juga
mengulas tentang bagaimana menemu kenali masalah kemudian bagaimana
menyelesaikannya.
Bulukumba, Desember 2013
Yusli
Sandi,S.Kel,M.si
TIM PENYUSUN
BUKU PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013
|
1. Penanggung
Jawab : Drs. H. Muh. Sabir
2. Ketua
Panitia : Ir.
Nasaruddin
3. Sekretaris : Yusli Sandi,S.Kel,M.Si
4. Anggota : 1. Muhammad Hanis,S.Pi
2. Hasmauna,S.Pi
assalamualaikum....bisa minta sumber data mengenai kondisi fisik pulau liukang loe?mohon bantuannya
ReplyDelete