MENGELOLA
PESISIR DENGAN KONSEP WATER FRONT CITY
Ditulis
oleh:
Yusli
Sandi,S.Kel,M.Si
Kasubag
Program DKP Kab. Bulukumba
HP:
081 342 591 853
Gambar
1 : Rencana Pengembangan Water Front City Bulukumba
A.
PROFIL PESISIR BULUKUMBA
Wilayah pesisir Kab.
Bulukumba memiliki karakterisitik yang cukup unik, karakteristik
pada bagian timur didominasi oleh pasir putih (Sedimen Laut) sementara pada
bagian selatan didominasi pasir hitam (sedimen daratan), selain itu dua sisi wilayah pesisir ini juga
berhadapan dengan dua karakter lautan yang berbeda dimana pada bagian selatan
laut flores kaya akan potensi perikanan pelagis besar, karena merupakan daerah
ruaya ikan pelagis namun pada pantai selatan ini miskin dengan keanekaragaman
ekosistem terumbu karang. Sementara pada pantai timur yang berbatasan langsung
dengan teluk bone lebih potensial untuk penangkapan ikan karang dan ikan
pelagis kecil, lautan ini berupa teluk sehingga jarang ikan pelagis besar
bermigrasi disana, namun wilayah ini sangat kaya dengan keanekaragaman
Ekosistem Terumbu karang.
Untuk menjamin keberlanjutan pemafaatan sumber
daya kelautan dan perikanan maka diperlukan pula upaya untuk menjaga ekosistem
pesisir sebagai penopang dalam menjaga keseimbangan antar ekosistem, ekosistem
utama pesisir tersebut adalah Terumbu Karang dan Mangrove karena kedua
ekosistem ini memiliki peran ekologis berupa Nursey Ground (Daerah Perlindungan), Feeding Ground (Daerah Mencari
Makan) dan Fishing Ground (Daerah Penangkapan Ikan).
Selain itu perubahan cuaca yang ekstrem berdampak pada
seluruh aspek kehidupan, perubahan ini menuntut kepada setiap mahluk hidup
untuk bisa beradaptasi dalam rangka menjaga keberlangsungan kehidupannya.
Mahluk hidup yang gagal beradaptasi dengan perubahan yang cepat itu dipastikan
akan punah.
Oleh karena itu, manusia sebagai spesies yang
berakal budi harus mampu mengikuti pola perkembangan alam yang terus berubah.
Bencana alam yang kerap terjadi akhir -akhir
ini mestinya disikapi dengan cara mencreate design adaptasi
iklim. Wilayah yang paling rentan dengan perubahan tersebut adalah wilayah
pesisir, dimana dibanyak tempat terjadi abrasi pantai dan banjir rob,
yang mengancam pemukiman penduduk dan keberlangsungan usaha mereka. Pada
wilayah Kab. Bulukumba banjir rob dan hempasan ombak besar yang
menerjang rumah warga sudah kerap terjadi. Daerah yang paling sering dilanda
bencana serupa adalah di kelurahan ela-ela Kec. Ujung Bulu. Sedangkan untuk
bencana abrasi pantai terjadi dihampir semuah wilayah kecamatan.
Untuk itu, diperlukan sebuah penanganan yang
cepat dan juga aplicable untuk mengatasi permasalahan itu. Abrasi pantai
yang terjadi merupakan implikasi dari rusaknya ekosistem yang ada di wilayah
pesisir terutama Ekosistem Terumbu Karang. Dengan rusaknya terumbu karang
gelombang yang mengarah ke pantai akan langsung menghempas daratan dan
memporak-porandakannya. Jika ini berlanjut maka patut diyakini bahwa kelak
wilayah daratan Kab.Bulukumba lamban laun akan menyusut yang tentunya akan
menyusutkan pula sumber-sumber pendapatan masyarakat yang bermukim padanya.
Berbagai usaha yang dikembangkan selama ini
dalam mengatasi persoalan itu adalah dengan membuat penahan ombak di beberapa
tempat. Meskipun jika dilihat dari jangka pendek usaha itu cukup efektif, namun
untuk jangka panjang akan merubah pola alamiah yang berlaku di wilayah pesisir.
Daya tahan penahan ombak yang dibuat juga memiliki batas efektifitas, sehingga
pada waktu tertentu penahan ombak tersebut akan hancur yang tentunya akan
kembali mengancam wilayah pesisir.
Berlandaskan hal tersebut, sudah waktunya
untuk meredisgn pola penanggulangan bencana yang kita lakukan. Design
penanganan jangan lagi melulu pada pola hard enginering tetapi
memadukannya dengan pola soft enginering yang mengikuti perilaku alam. Perpaduan pola
penanganan bencana antara hard enginering dan soft enginering
akan mencipta harmonisasi yang selaras dengan alam.
Pola soft enginering yang dimaksud
adalah suatu pola penanganan yang mencoba meniru ekosistem alam yang berfungsi
secara alamiah dalam menahan energi alam. Salah satu diantaranya adalah dengan
merehabilitasi ekosistem terumbu karang yang sudah merosot fungsi alaminya
dalam meredam energi gelombang. Bentuk rehabilitasi yang bisa dilakukan adalah
dengan menempatkan terumbu buatan (artificial reef). Terumbu buatan ini
selain berfungsi untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang juga secara fisik
akan meredam energi gelombang yang mengarah ke pantai.
B. Pengembangan Water Front City
Penerapan konsep water front city ini
merupakan upaya penataan Kota Bulukumba yang secara geografis berhadapan
langsung dengan lautan. Konsep ini di inisiasi karena Kota Bulukumba selama ini
terkesan kumuh terbukti dengan masih banyaknya aktifitas pembuangan limbah
secara langsung di lautan, baik itu limbah domestik maupun limbah lainnya.
Kesan kumuh ini juga semakin diperparah dengan pola pemukiman yang masih membelakangi
laut sehingga sudah bisa dipastikan bahwa pola pikir masyarakat kota
Bulukumba masih menjadikan laut sebagai daerah belakang (pembuangan limbah),
untuk itu kota tepian laut (water front city) ini merupakan upaya terstruktur
untuk mengubah budaya kita untuk menjadikan laut justru menjadi tujuan utama
baik dari aspek ekonomi,sosial dan budaya. Jika ini terjadi dipastikan warga
akan serta merta menjaga kebersihan pantai mereka.
Dengan
pertimbangan kondisi geografis dan kekayaan hayati dan non hayati yang besar,
pengembangan
Sponsored By: |
Salah
satu kawasan yang berkembang pesat di Kabupaten Bulukumba terdapat di Kec.
Ujung Bulu. Kawasan pesisir di kecamatan ini merupakan bagian dari perkotaan
Bulukumba. Dengan demikian, tingkat perkembangan wilayahnya relatif lebih cepat
dibandingkan dengan perkembangan pesisir lainnya. Kondisi ini memicu laju
perkembangan penduduk yang semakin memusat di kawasan tersebut sehingga
mengakibatkan kecenderungan laju urbanisasi yang semakin tinggi. Kondisi ini
perlu diatasi dengan melakukan pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan,
sehingga daya dukung dan daya tampung wilayah tersebut tetap berada pada
kondisi yang ideal. Hal ini yang mendasari sehingga pengembangan kawasan
pesisir dengan pendekatan water front
city di Kecamatan Ujung Bulu, khususnya di Kelurahan Bentenge, Ela-Ela dan
Kelurahan Terang-Terang.
Sesuai
rencana, pengembangan kawasan water front city ini luasnya mencapai 102 Ha,
yang rencana pembangunannya dibagi atas 2 section. Section 1 yaitu segmen
Pantai Merpati denga luasan 48,33 Ha, dan section 2 yang meliputi Segmen
Tanjung bagian selatan dengan luasan areal 53,69 Ha.
Comments
Post a Comment