BAKAR IKAN MASSAL MENJALIN KEBERSAMAAN
Bira (17/9). Tetiba wewangian
asap mengepul dan berpendar ke segala penjuru mengisi cakrawala bira yang lagi
berbinar. Wewangian ini sepanjang kurang lebih 100 meter di Titik Nol Pantai
Bira disebabkan aksi bakar ikan massal yang dilakukan oleh Dinas Perikanan
Bulukumba. Aksi bakar ikan ini memicu suasana kehangatan, bukan hanya
kehangatan akibat dari pancaran bara api pembakaran tapi kehangatan hubungan
sosial warga Bulukumba yang sebenarnya kebanyakan tidak saling kenal namun
berbaur dalam kegembiraan pesta makan ikan yang diselenggarakan secara gratis
ini.
Kisah ini tentu bukan kisah para nabi, para wali, para alim atau
kisah para pilantropi tersohor, namun ini hanya cerita kesederhanaan, dimana
ratusan orang bergabung dalam gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN).
Ikan dan makanan lainnya dibagi dengan teratur tanpa harus repot berfikir
harganya, para tetamu juga dibebaskan untuk mengambil ikan yang sudah dibakar
pun bisa juga membakar sendiri. Setelah membakar para tamu mengambil tempat masing-masing
di ruang terbuka dan tidak diatur sekat antara tempat makan para pejabat maupun
para jelata.
Pesta makan ikan oleh rakyat ini
terselenggara atas budi dari nelayan sukarelawan, yang menandai rasa syukurnya
dalam mengekstraksi sumberdaya selama setahun. Ikan-ikan ini terkumpul tanpa
beban APBD murni dorongan berbagi dan kesuka citaan yang berbaur dengan suka
cita penutupan Festival Pinisi ke 12.
Dalam kesibukannya membakar ikan,
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Ikan Fachry Amal,S.Pi sekaligus koordinator lapangan sesekali
“berteriak” ke para pengunjung untuk mengambil ikan sepuasnya sambil menitip
pesan agar banyak makan ikan, banyak makan ikan lebih sehat dan pintar ujarnya.
Sementara Dani Susanto,S.Pi selaku
Koordinator Tata Acara mengajak ke seluruh pengunjung untuk makan sepuasnya, “
Makanki – makanki” – begitu suara mas dani sapaan akrab dari Pak Kabid ini.
Tidak kalah hangatnya Kadis
Perikanan Bulukumba juga mengajak kepada seluruh masyarakat yang sempat hadir
untuk segera mengambil sendiri ikan-ikan yang sudah matang di pembakaran bahkan
beliau mengajak langsung para warga untuk makan bareng-bareng di lokasi taman
titik nol. Suasana bakar ikan yang begitu akrab ini langsung mendapat apresiasi
dari Kabag Hukum Bulukumba, Andi Apriadi. Menurutnya baru kali ini dia
mendapatkan acara yang penuh keakraban seperti ini, dimana orang – orang makan
dengan cara “massulengka” sambil bercengkerama secara bebas. Apalagi yang
melakukan pelayanan terhadap warga ini adalah para pejabat. Pelayanan para pejabat
ke warga ini sungguh patut diapresiasi karena mereka hakikatnya bukan pejabat politik yang tidak memerlukan pencitraan.
Menurut Dani Susanto. S.Pi, volume ikan yang dibakar pada malam itu
berkisar 750 Kg, dengan asumsi 1 (satu) cold box seberat 50 Kg karena ikan yang
tersedia sebanyak 15 Box. Dengan jumlah ikan sebanyak ini diharapkan makan ikan
akan menjadi kebiasaan. Benar bahwa orang Sulawesi suka maka ikan namun
proporsi makan mereka lebih banyak makan nasi ketimbang ikan, sehingga suplai
karbohidratlah yang lebih banyak ketimbang protein, mungkin ini juga yang
membuat kita sekarang lebih suka memakai emosi (perasaan) ketimbang logika
berfikir ketika menghadapi masalah, tutur Yusli Sandi kepala bidang perikanan
tangkap yang juga turut hadir pada acara itu.
Comments
Post a Comment