SEMPAT JUAL MOTOR, KINI PRODUKNYA TEMBUS RITEL MODERN & PASAR INTERNASIONAL
Terlahir di
Bulukumba 9 Juli 1983, penyuluh bantu perikanan sekaligus pengusaha muda
perikanan termasuk salah satu pengusaha perikanan yang sempat mengalami jatuh
bangun sebelum akhirnya menoreh kesuksesan. Sekitar 3 (tiga) tahun Rizki
membangun usahanya ini, awalnya banyak kendala yang dihadapi mulai dari ilmu
pengolahan ikan yang belum mencukupi, modal dan teknik pemasaran yang masih
gagap terhadap digitalisasi zaman. Dan akhirnya Rizki kini mampu menembus pasar
ritel modern baik lokal maupun ritel nasional dengan 2 (dua) jenis produk
olahan ikan yaitu JUTSUKA (Ikan Kering) dan KUSUKA (Ikan Asin).
Ide
Membuat Produk Justuka dan Kusuka
Awalnya, Rizki
terkesan setelah berkunjung ke salah satu swalayan ritel (Alfamidi) di
Kecamatan Bontobahari, secara tidak sengaja melihat ada produk ikan kering yang
diproduksi oleh kelompok di kabupaten lain. Merasa malu karena Bulukumba ini
juga tidak kalah dengan potensi perikanan yang ada kenapa tidak bisa hadir
diswalayan ritel sekelas Alfamidi itu. Pada hari yang sama langsung menemui
salah satu kelompok nelayan binaan menyampaikan perihal tersebut dan menyatakan
siap untuk bekerjasama terkait suplai bahan bakunya.
Setelah lama
berdiskusi maka lahirlah nama JUTSUKA yang merupakan singkatan dari Juku
kaloToro Kusuka dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “saya
suka ikan kering”. Kusuka sendiri diambil dari salah satu program KKP yaitu
Kartu Pelaku Usaha Perikanan sebagai salah satu identitas untuk para pelaku
usaha kelautan dan perikanan baik itu yang berprofesi sebagai nelayan,
pembudidaya, pemasar dan pengolah hasil perikanan.
Ikan kering
memang olahan ikan yang sangat sederhana dan tradisionil, namun saat mencoba
ternyata beberapa kali gagal karena salah dalam hal penanganan. Ikan yang
diolah banyak terbuang karena tidak layak konsumsi sehingga kadang akhirnya
menjadi pakan ternak atau pakan ikan lele saja. Tentunya proses yang gagal ini
yang membuat penasaran hingga menemukan komposisi yang tepat dalam memproduksi.
Produksi yang ketiga kali JUTSUKA yang dianggap sudah layak dipasarkan adalah
dari jenis ikan Kakatua yang dipesan oleh salah seorang mahasiswa di Jogja yang
terkena dampak Lockdown saat Pandemi covid, kemudian produksi selanjutnya
disalurkan saat kegiatan Dinas Perikanan berbagi saat salah satu desa di
Kecamatan Kindang dinyatakan status terisolir.
Lebih lanjut
Rizki bercerita bahwa salah satu yang Unik dari JUTSUKA ini jauh dari pesisir
pantai, yang jika ditarik jarak dari pesisir pantai terdekat sekitar 12 Km.
Tepatnya beralamat di Desa Balleanging Kec. Ujung Loe yang berada
ditengah-tengah komoditas pertanian (Karet, Cokelat, jagung, Kelapa dll).
Modal
Pertama Membangun JUTSUKA
Awalnya modal
membangun bisnis JUTSUKA hanya sebesar lima juta rupiah, modal ini adalah hasil
menabung yang dikumpul setiap bulannya, modal 5 juta tersebut digunakan untuk
membeli peralatan seperti : Ikan 50 Kg, Frezer kecil 1 buah , Gabus Sterefoam 3
buah, Penjemuran ikan (para-para dari bambu), Garam kasar 1 karung. Adapun
total asset sekarang sudah berkembang menjadi sekitar 40 Juta rupiah yang
terdiri dari : Peralatan produksi dan bangunan pengolahan.
Kendala
yang Didahadapi
Rizki kembali
menuturkan, bahwa tentunya banyak sekali kendala yang dihadapi dalam membangun
bisnis ini, tapi Alhamdulillah dalam setiap proses bisa diselesaikan, beberapa
kali gagal dalam proses produksi, akses pemasaran yang masih juga jadi momok karena
produk yang dihasilkan awalnya tidak laku. Menurutnya, dia juga bahkan pernah menjual motor untuk membeli freezer.
Metode
Pemasaran yang Dijalankan
Tentu produk
JUTSUKA dan KUSUKA besutan Rizki ini tidak langsung laris dipasaran, awalnya hanya
dipasarkan di pasar-pasar tradisional kemudian dilakukan juga kerjasama dengan
kelompok binaan bidang pemasaran perikanan, langkah selanjutnya dia kemudian
menitip barangnya di toko-toko kelontong sambil memasarkan melalui media
social (facebook, Wa, Instagram) dan Market Place (shoope, Tokopedia, Blibli,
Lazada, Padi-UMKM). Setelah menggunakan berbagai media pemasaran tersebut
akhirnya dicoba memasarkan ke Ritel Modern, awalnya sulit menembus ceruk pasar
ini namun setelah memenuhi persyaratan yang begitu ketat akhirnya produk
JUTSUKA dan KUSUKA sekarang sudah bisa dipasarkan di Ritel Modern (Gelael Makassar & Jayapura, Swalayan Berkah Jl.
Boulevard Makassar). Selain Gelael dan Swalayan Berkah pihak Alfamidi Bulukumba juga sudah
mengkonfirmasi untuk menjual produk JUTSUKA, tentu info ini semakin membuat
Rizki untuk semakin membesarkan usahanya ini. Selain penjualan di ritel modern
langkah yang dilakukan sekarang untuk semakin memperbesar pemasaran adalah
dengan membuat Galery yang bisa menampung beberapa produk UMKM hasil perikanan
maupun hasil pertanian yang dipromosikan secara bersamaan, ini juga sekaligus
sebagai upaya memberdayarkan UMKM lain agar bisa mengikuti jejak JUTSUKA,
Omzet
Jutsuka Saat ini
Mengingat
peralatan JUTSUKA saat ini masih terbatas maka produksi dalam sebulan hanya
sampai 4 kali saja, karena metode penjemuran menggunakan matahari langsung yang
estimasinya kering dalam 2-3 hari jika cuaca panas, dan selanjutnya sortir
untuk pengemasan, kapasitas penjemuran saat ini adalah untuk menjemur ikan
basah sekitar 50 Kg dengan hasil ikan kering sekitar 33 Kg. Adapun omzet
sekarang baru mencapai sekitar 22 juta rupiah/bulan dengan asumsi laba 30%.
Omzet. Omzet ini akan bertambah karena kapasitas produksi akan segera ditingkatkan
karena peluang pasar masih cukup luas dan belum termasuk untuk pasokan produksi
Alfamidi,’ tutur rizki.
Jangkauan
Pemasaran Saat ini
Menurut Rizki,
tidak hanya ritel modern yang berhasil dijangkaunya, ikan kering JUTSUKA sudah
dijual di pasar lokal dan luar pulau Sulawesi, bahkan terkhusus untuk produk KUSUKA
(Ikan Kannasa) sudah dijual ke Kalimantan dan Malaysia. Penjualan ke Malaysia
ini melalui mandor-mandor TKI.
Jenis
– jenis Produk
Adapun jenis
produk saat ini adalah :
Ø
Ikan
kering (JUTSUKA)
Ø
Ikan
Kannasa/Jajja (KASUKA)
Ø
Bakso
Ikan Tenggiri (BIJUTSU)
Ø
Ikan
Asap salah satu produksi anggota kelompok
Ø
Abon
ikan tuna (Kemas Ulang)
Ø
Kedepannya
akan dibuat lebih banyak untuk hasil perikanan lainnya seperti nugget, cumi
kering, ikan teri dll. (setelah dapat ilmunya secara bertahap)
Jenis
– jenis perizinan yang telah diperoleh
Untuk menjamin
legalitas dan kualitas produk, usaha Rizki ini sudah mendapatkan beberapa
perizinan yang menjadi syarat wajib penjualan ritel modern seperti:
Ø
NIB
berbasis resiko (OSS)
Ø
Anggota
kelompok terdaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan
Ø
PIRT
Ø
Sertifikat
Halal
Ø
Sertifikat
Penyelia Halal
Ø
Sertifikat
kepemilikan BARCODE produk dari International Barcode Network
Ø
HAKI-Merek (Progress pendaftaran dan
verifikasi berkas) Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum
dan HAM RI
Ø
SKP (sertifikat Kelayakan Pengolahan) yang
telah menerapkan Cara Pengolahan Ikan yang Baik / GMP (Good
Manufacturing Practices)--- progress pendaftaran secara online menunggu
rekomendasi penerbitan dari DKP Prov. Sulsel
Langkah
– langkah pengembangan ke Depan
Meski usaha
Rizki ini sudah tergolong sukses, namun Rizki masih belum puas dengan
capaiannya ini, dia bercita – cita agar semua UMKM Perikanan yang menjadi
binaannya dapat juga mengikuti langkahnya, adapun langka-langkah Rizki dia
tuturkan sebagai berikut:
Ø
Rencana
kedepannya tentu untuk melakukan ekspansi yang melibatkan pelaku usaha Kelautan
Perikanan lainnya agar tetap bisa melakukan pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan dengan memberikan keterampilan.
Ø
Galery
yang terpusat dan strategis untuk menampung produk olahan perikanan sehingga
bisa memfasilitasi akses pemasaran bagi pelaku usaha lainnya.
Ø
Bermitra
dengan pihak peritel sebagai supliyer ikan kering
Harapan
ke Pemerintah
Lebih lanjut, Rizki
dalam wawancaranya menitip harapan ke Pemerintah, dia menitipkan beberapa poin
sebagai berikut :
Ø Untuk
pelaku usaha olahan perikanan tentunya agar lebih focus diperhatikan karena
sektor olahan perikanan salah satu UMKM yang bisa mendongkrak pemulihan ekonomi
daerah. Dukungan dari pemerintah ini berupa akses informasi pasar, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, dan strategi pengembangan penting lainnya yang
pro ke sektor UMKM
Ø
Khusus
untuk JUTSUKA agar bisa dibantu perbaikan sarana produksi/ UPI yang lebih standar,
Bantuan peralatan seperti mesin vacuum, dan peralatan pendukung produksi
lainnya.
Harapan
ke Masyarakat
Selain harapan
ke Pemerintah Rizki juga menaruh harapan banyak ke masyarakat nelayan,
pembudidaya dan pengolah agar bisa lebih kompak, produktif dan mau menerima
inovasi untuk bisa lebih berkembang lagi. Ada banyak sekali pelaku olahan
perikanan lainnya yang bisa dimajukan hanya saja mungkin terkendala akses
informasi untuk dapat legalitas. Bahkan Rizki menekankan kembali kepada nelayan
bahwa keraguan mereka dulu sudah terjawab bahwa ikan kering Ta bisa Tonji masuk di ritel, bagus tommi kalo dibuat oleh-oleh karena tidak baumi kalo dibawa-bawa.
Peranan
Pemerintah
Rizki pun menyadari
bahwa keberhasilan ini tidak diraih secara sendiri, namun mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak diantaranya :
1. Dinas Perikanan Kab. Bulukumba
untuk semua akses yang diberikan untuk bisa lebih berkembang.
2. Dinas Perindustrian dan
perdagangan Kab. Bulukumba untuk pendampingan bidang UMKM
3. Dinas Perindustrian Provinsi
untuk fasilitas sertifikat Halal Gratis
4. Sahabat nelayan dan masyarakat
pesisir yang sudah banyak berkontribusi.
Akhirnya Rizki
menutup wawancaranya dengan pesan bahwa JUTSUKA belum bisa dikatakan layak
karena masih jauh dari standar keberhasilan namun paling tidak bisa memberikan inspirasi ke kelompok binaan dan
masyarakat pada umumnya. Sehingga tetap membutuhkan saran dan masukan untuk
perbaikan kedepannya.
Comments
Post a Comment