BUKAN HANYA PASIR PUTIH, BIRA PUNYA HARTA KARUN LAINNYA
Pantai bira sudah
lama dikenal dengan pasir putihnya, pasir putih Bira ini banyak mempesona para
wisatawan baik lokal maupun mancanegara, namun ternyata pesona Bira bukan hanya
sampai disitu, Bira memiliki harta karun tersembunyi yang luar biasa dan belum
terekspose ke dunia luar. Harta karun tersebut berupa keanekaragaman hayati dan
biomassa perikanan serta spesies kharismatik. Untuk mengetahui detail kekayaan
tersebut simak penjelasan Bapak Pascal Sebasstian dari Yayasan Indo Ocean seorang
peneliti sekaligus pemerhati kelautan.
Berdasarkan
penelitiannya selama setahun dipantai Bira dan sekitarnya dia mendapatkan bahwa
biomassa sekitar Bira jauh lebih tinggi dibanding dengan tempat wisata lainnya
di Indonesia, sebut saja Nusa Penida Bali daerah wisata ini terkenal dengan
spot dive mola-mola, namun siapa sangka ternyata perairan Bira yaitu tepatnya
di Pulau Kambing juga memiliki spot dive mola-mola. Spot ini bahkan lebih
menjanjikan dibanding spot yang ada di nusa penida tutur Pascal.
Biomassa dan
biodiversitas ikan untuk jenis snapper, kerapu (grouper), Emperor paling banyak
ditemukan di Pulau Kambing diikuti oleh Pulau Liukang loe sementara untuk Bira
daratan ikan-ikan tersebut jarang didapatkan. Namun untuk jenis ikan Kakatua
(Parrotfish) justru lebih banyak ditemukan di perairan Bira daratan, hal ini disebakan
karena substrat di bira daratan banyak ditumbuhi Alga sebagaimana diketahui
parrotfish ini gemar makan alga. Untuk jenis ikan Baracuda sangat sering
dijumpai di Pulau Kambing dan sedikit di liukang loe sementara untuk Bira
daratan tidak dijumpai. Bahkan bukan hanya ikan-ikan demersal, di pulau kambing
dijumpai juga banyak ikan tuna, tongkol dan Kuwe.
Selain ikan
ekonomis penting juga ditemukan ikan langka seperti Napoleon, anehnya napolen
ini justru banyak ditemukan diperairan Bira daratan bagian timur dan pulau
kambing sementara di pulau liukang loe sudah jarang ditemui. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena adanya tekanan penangkapan ikan dari penduduk liuang loe.
Spesies langka dan dilindungi selanjutnya adalah penyu, ada 3 (tiga) jenis
penyu yang didapatkan yaitu green sea turtle, hawksbill sea turtle dan
loggerhead sea turtle, namun yang paling dominan adalah green turtle (penyu
hijau). Penyu ini juga banyak ditemui di Bira bagian barat, bira bagian timur
dan liukang loe sementara di pulau kambing jarang ditemukan mengingat pantai
pulau kambing merupakan pantai berbatu.
Spesies
dilindungi lannya adalah ikan hiu, Ikan hiu ini sangat sering dijumpai di Pulau
Kambing, sementara di pulai liukang loe juga ditemua di bagian timur pulau,
spot tersebut kemudian diberi nama Shark point.
Selain dari
spesies ekonomi penting dan langka di kawasan ini juga ditemukan spesies
kharismatik, yang dimaksud spesies kharismatik adalah spesies yang memikat para
wisatawan, salah satu spesies kharimatik tersebut adalah Ikan Mola-Mola. Ternyata
bukan hanya di nusa penida, di perairan pulau kambing ikan mola-mola juga rutin
muncul pada musim tertentu. Adapun waktu munculnya ikan mola-mola ini adalah
pada bulan juni dan september setiap tahun. Kemunculan pada bulan tersebut
kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh arus dingin dari Australia karena
ikan ini menyukai perairan dengan suhu rendah.
Namun demikian,
meski potensi biomassa perairan ini sangat tinggi, namun ternyata perairan ini
juga tidak lepas dari berbagai ancaman seperti Bottom Drift Net (Ghost Fishing)
yang menjerat penyu dan ikan-ikan secara tidak sengaja. Selain itu ancaman
pemboman dan pembiusan masih massive. Masalah lainnya adalah sampah di pinggir pantai serta Coral Bleaching. Semua
persoalan tersebut memerlukan perhatian serius dari semua stakeholders.
Dalam acara
presentasi tersebut, Yusli Sandi Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Bulukumba menanggapi
bahwa Kawasan bira-pulau kambing dan pulau liukang loe ini sudah sering masuk
dalam perencanaan Dinas Perikanan Kabupaten Bulukumba. Pada Tahun 2009 dan 2014
Dinas Perikanan Bulukumba mengirim surat ke Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Sul Sel dan KKP untuk menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi laut daerah, namun tidak sempat terealisasi karena adanya
pengalihan kewenangan kelautan. Bahkan kami telah memberi nama Kawasan tersebut
sebagai Kawasan “Bira Triangle” mengikuti nama Coral triangle yang
terkenal di dunia. Nama Bira Triangle ini diambil karena keanekaragaman hayati
di Kawasan ini sudah lama teridentifikasi. Untuk itu penetapan Kawasan Bira ini
sebagai Kawasan konservasi dan pemanfaatan untuk tujuan akademis dan wisata harus
segera di eksekusi.
Comments
Post a Comment