MENGEJUTKAN, DAMPAK RUMPON MELEBIHI EKSPEKTASI
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk mengumpul dan sebagai rumah bagi ikan. Meski lautan begitu luas namun tidak semua perairan itu terdapat ikan, hanya perairan yang memiliki ekosistem yang baik dan tersedia cukup nutrient yang merupakan daerah schooling/bergerombolnya ikan. Ikan terutama ikan pelagis besar seperti tuna,tongkol dan cakalang memiliki kebiasaan untuk terus berenang mencari lokasi yang sesuai untuk mencari makan, berlindung,bermain-main dan memijah. Ketika mendapatkan perairan yang sesuai ikan tersebut akan berkumpul pada suatu perairan. Namun untuk mengetahui titik perairan tersebut biasanya negara-negara maju menggunakan teknologi satelit dengan teknik tagging sehingga mereka dengan mudah untuk mendeteksi keberadaan gerombolan ikan.
Berbeda halnya dengan nelayan indonesia umumnya dan bulukumba khususnya, mereka dalam menangkap ikan masih menggunakan insting dan pengalaman dalam menentukan posisi penangkapan ikan, hasilnya tingkat akurasi dari prakiraan daerah tangkapan ikan tersebut sangat kurang bahkan tidak sedikit nelayan yang gagal mendapatkan hasil.
Mencermati kondisi tersebut Bupati dan wakil Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf dan Andi Edy Manaf mencetus program yang sangat progresif dengan nama Program 1.000 rumpon. Program ini terkesan sederhana namun memberi dampak luar biasa terhadap kehidupan nelayan. Karena metode penangkapan ikan oleh nelayan berangsur-angsur berubah, dari metode berburu (hunting) ke metode memanen (harvesting). Sebelum adanya rumpon nelayan dalam melaut tidak mengetahui secara pasti kemana harus menangkap ikan mereka hanya berkeliling di lautan untuk mencari lokasi ikan, tentu metode ini sangat tidak efisien dan berbiaya tinggi karena biaya operasional membengkak, namun dengan adanya rumpon nelayan sisa memanen ikan di lokasi rumpon masing-masing.
Sasaran survey adalah kelompok perikanan penerima bantuan rumpon pada periode pemerintahan saat ini yaitu tahun 2021 – 2023. Adapun komponen pertanyaan survey adalah nama kelompok, nama ketua kelompok, NIK, alamat, nomor registrasi kelompok, jumlah tangkapan ikan sebelum dan sesudah menerima bantuan, penghasilan sebelum dan sesudah menerima bantuan, dan kendala yang dihadapi. Adapun jumlah responden yang berhasil diwawancarai adalah 40 kelompok perikanan dari 58 kelompok perikanan yang sudah menerima bantuan pada periode ini atau sebesar 68,97 persen dari total populasi target survey.
Dari survey diperoleh hasil yang mengejutkan karena secara rata-rata bantuan rumpon yang diberikan berhasil meningkatkan produksi penangkapan ikan sebesar 40,24 persen dengan jumlah hasil tangkapan rata-rata sebelum menerima bantuan sebesar 2,6 ton per trip (1 trip rata-rata 15 hari) penangkapan dan nilai hasil tangkapan sebesar Rp.44.731.250 (Empat Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Satu Ribu Dua Ratus Lima Puluh Rupiah). Sementara itu rata-rata jumlah tangkapan ikan setelah menerima bantuan sebesar 3,7 ton dengan nilai hasil tangkapan sebesar Rp.63.628.875 (Enam Puluh Tiga Juta Enam Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Delapan Ratus Tujuh Puluh Lima Rupiah) dengan asumsi harga ikan per kilogram sebesar Rp.17.000 (Tujuh Belas Ribu Rupiah). Dari data tersebut bahwa secara rata-rata nelayan dalam melakukan penangkapan ikan terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp.18.897.625 (Delapan Belas Juta Delapan Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Enam Ratus Dua Puluh Lima Rupiah).
Jika melihat secara detail, persentasi peningkatan produksi terendah dirasakan oleh Kelompok Nelayan Disran Jaya dan Surya Indah yang berdomisili di Kecamatan Herlang yaitu hanya berhasil meningkatkan produksinya sebesar 1,3% hal ini karena bantuan rumpon yang diterima sudah ada yang putus. Sementara kelompok nelayan yang secara signifikant merasakan perubahan produksi adalah Kelompok Nelayan Putra Sibara yang bahkan berhasil mencapai kenaikan produksi sebesar 127 persen, angka yang fantastis ini karena sebelumnya putra sibara ini merupakan pemancing tuna dan hanya memiliki dua unit rumpon dan setelah mendapat lima unit bantuan rumpon dari Dinas Perikanan produksinya melonjak. Selain Putra Sibara Kelompok Nelayan yang merasakan kenaikan produksi secara signfikant adalah Kelompok Tiga Putra dengan persentasi kenaikan produksi sebesar 75,3 persen, menurut ketua Kelompok Tiga Putra Bapak Safaruddin selama mendapatkan bantuan dari Dinas Perikanan jumlah tangkapan ikannya semakin meningkat, mungkin karena cuaca saja lagi cocok tutur pak safar.
Adapun distrubusi bantuan rumpon oleh Dinas Perikanan didistribusikan pada Kecamatan Pesisir, meskipun dari 10 kecamatan di Bulukumba ada 7 yang merupakan kecamatan pesisir namun ada 1 kecamatan pesisir yang tidak mendapat porsi bantuan rumpon pada periode ini yaitu Kecamatan Ujung Loe, hal ini karena fokus usaha perikanan di kecamatan ini adalah budidaya tambak sementara nelayan yang ada umumnya merupakan nelayan kecil yang selama ini belum menggunakan rumpon. Namun untuk kebijakan Dinas Perikanan nelayan asal Ujung Loe juga sangat memungkinkan mendapat bantuan rumpon karena bantuan rumpon ini sebenarnya diutamakan untuk nelayan kecil. Bantuan rumpon yang belum terdistribusi ini penyebabnya adalah belum adanya proposal yang dibuat oleh kelompok nelayan yang ada di kecamatan ujung loe. Begitupula jika mencermati data diatas terlihat bahwa wilayah Kecamatan yang paling banyak mendapat bantuan rumpon adalah Kecamatan Herlang sebesar 41 persen disusul oleh Kecamatan Kajang 16 persen dan bonto bahari dan bonto tiro 12 persen. Data ini sesuai dengan karakter nelayan karena nelayan di kecamatan tersebut merupakan nelayan purse seine dan pancing ulur yang sangat membutuhkan rumpon dalam melakukan penangkapan ikan.
Mencermati hasil survey diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa program 1.000 rumpon yang merupakan salah satu program unggulan periode permerintahan ini memberi dampak signifikant terhadap peningkatan produksi dan kesejahteraan nelayan Bulukumba karena program 1.000 rumpon tidak hanya memberi kepastian wilayah penangkapan ikan, namun juga untuk mendekatkan ikan-ikan ke wilayah perairan Bulukumba sekaligus menyehatkan kembali ekosistem laut. Dengan mendekatkan ikan dan memulihkan kembali kondisi ekosistem laut maka nelayan dapat dengan sangat mudah untuk menangkap ikan, karena mereka sisa menangkap ikan di serambi perairan mereka, dampaknya biaya operasional kapal semakin berkurang dan nelayan kecil yang tidak memiliki sumberdaya kapal besar dapat menikmati hasil yang sama.
Namun demikian Dinas Perikanan terus melakukan perbaikan dari program 1.000 rumpon ini, mengingat ada beberapa faktor penghambat seperti reguluasi jarak antar rumpon dan efektifitas rumpon dalam menjalankan fungsi sebagai pengumpul ikan, tempat mencari makan, tempat memijah dan sebagai tempat berlindung (rumah ikan). Untuk mencapai tujuan tersebut, Dinas Perikanan kemudian mengkaji dan meriset secara sederhana bagaimana program 1.000 rumpon ini dapat memberikan kepastian lokasi penangkapan,mendekatkan ikan ke perairan bulukumba,memulihkan ekosistem dan meningkatkan hasil produksi. Berdasarkan hasil kajian Dinas Perikanan dibuatlah 3 konsep rumpon sbb:
- Rumpon Permukaan yang berfungsi untuk mengumpul ikan dan
memberi kepastian lokasi tangkapan ikan.
-
Rumpon Layang (Hutan Laut) berfungsi untuk mengumpul
ikan,tempat makan dan memijah ikan-ikan dan memulihkan ekosistem
- Rumpon Dasar berfungsi sbagai rumah ikan, menumbuhkan polip (bibit) karang, tempat memijah dan berlindung bagi ikan, tempat meningkatkan kembali populasi ikan sehingga dapat memulihkan ekosistem
Adapun jumlah rumpon yang telah dilarungkan selama periode pemerintahan ini pada tahun 2021 -2023 yaitu sebanyak 293 unit dan pada tahun 2024 akan dilarungkan kembali sebanyak 325 unit yang dibagi kedalam jenis rumpon sbb:
1. 100 unit rumpon permukaan
2. 100 unit rumpon layang
3. 125 unit rumpon dasar
Comments
Post a Comment