Kolaborasi Stakeholders Utama Bidang Perikanan Tangkap

 

Bulukum4ba, 22 Agustus 2024 - Program Studi Teknik Penangkapan Ikan Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang bertempat di Rumah Ketua KUB Assamaturue (Para' Para'), Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bonto Tiro, Bulukumba. Acara ini diadakan pada hari Rabu, 22 Agustus 2024 dan dibuka oleh Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone, Dr. Muhammad Hery Riyadi Alauddin, S.Pi., M.Si.

Dalam sambutannya, Dr. Hery Riyadi Alauddin menyampaikan bahwa Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone memiliki visi “Menjadi Pendidikan Tinggi Vokasi Kelautan dan Perikanan yang Berstandar Nasional dan Internasional pada Tahun 2030”. Untuk mewujudkan visi ini, Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone terus melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat, guna menghasilkan sumber daya manusia yang profesional di bidang Kelautan dan Perikanan.

Sebagai pendidikan vokasi, Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone berkomitmen untuk selalu mendiseminasikan teknologi yang dihasilkan kepada masyarakat. Setelah diseminasi, pihak Politeknik Bone akan terus mengawal efektivitas penggunaan teknologi tersebut, khususnya dalam hal ini adalah penggunaan rumpon. 

Lebih lanjut, Dr. Hery juga menekankan pentingnya memberikan kesempatan luas kepada anak-anak pelaku usaha perikanan, baik dari kalangan nelayan, pembudidaya, maupun pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, untuk menempuh pendidikan tanpa dipungut biaya. Mulai dari seragam, makan-minum, hingga asrama, semuanya ditanggung oleh Politeknik Bone. Anak-anak dari kalangan nelayan hanya perlu mengikuti tes untuk diterima di Politeknik.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Bulukumba, Yusli Sandi, mengapresiasi langkah Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone yang memilih Bulukumba sebagai lokasi pengabdian masyarakat. Menurutnya, keputusan ini sangat progresif dan dapat memicu kolaborasi tiga pihak utama dalam bidang perikanan tangkap, yaitu nelayan, akademisi, dan praktisi dari dinas teknis.

Kolaborasi antara ketiga pihak ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam pengelolaan perikanan dapat sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Tanpa adanya sinergi, orientasi antara nelayan, akademisi, dan dinas teknis bisa berbeda-beda, sehingga hasil yang dicapai pun tidak akan optimal.

Lebih lanjut, Yusli menjelaskan bahwa program 1.000 rumpon yang merupakan program superprioritas Pemkab Bulukumba mengalami banyak perubahan kebijakan, mengingat adanya berbagai faktor penghambat seperti regulasi, ekologi, ekonomi, dan sosial masyarakat. Untuk itu, Dinas Perikanan Bulukumba meluncurkan tiga jenis rumpon, yaitu rumpon permukaan, rumpon layang, dan rumpon dasar. Ketiga jenis rumpon ini dirancang untuk memulihkan ekosistem laut tanpa mengorbankan kepentingan ekonomi dan sosial masyarakat.

Menariknya, Yusli juga memperkenalkan filosofi baru dalam mengelola sumber daya laut yang berbeda dengan pepatah lama "Jangan Kasi Ikannya Tapi Kasi Kailnya." Filosofi baru yang diusung adalah "Kasi Ikannya Jangan Kasi Kailnya," yang berarti bahwa nelayan sekarang tidak hanya diberikan sarana penangkapan ikan, tetapi juga harus diperbanyak stok ikan di laut melalui penyiapan rumah ikan atau rumpon. Dengan demikian, nelayan akan mampu secara mandiri membeli alat tangkap yang dibutuhkan tanpa merusak keberlanjutan sumber daya laut.

Wakil Direktur Politeknik KP Bone, Dr. Arham Rumpa, S.St.Pi., M.Si., dalam materinya menjelaskan tentang berbagai jenis rumpon yang digunakan di beberapa negara. Ia juga menyoroti hasil penelitian yang menunjukkan kurang efektifnya atraktor rumpon yang menggunakan daun kelapa, karena hanya bertahan selama dua bulan. Oleh karena itu, modifikasi dilakukan dengan mengganti atraktor menggunakan serabut tali dari tali mandar yang dapat bertahan hingga puluhan tahun.

Dalam acara ini, Ibnu Hajar, seorang dosen dari Universitas Hasanuddin (UNHAS), juga memberikan materi tentang pohon laut (rumpon layang). Pohon laut ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat konservasi, tetapi juga sebagai fishing ground. Setelah memberikan materi, Ibnu Hajar langsung mempraktekkan cara membuat pohon laut, dibantu oleh para taruna dari Poltek KP Bone.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat nelayan di Bulukumba, serta memperkuat kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.

Comments

Popular posts from this blog

MENGEJUTKAN, DAMPAK RUMPON MELEBIHI EKSPEKTASI

SUB SEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERUS MENGGELIAT

Warga Pulau Liukang Loe Menerima 40 Unit Rumpon Dasar pada Tahun 2024 untuk Menanggulangi Degradasi Terumbu Karang