Pengenalan Bubu Lipat: Solusi Ramah Lingkungan untuk Penangkapan Ikan

 

Metode penangkapan ikan menggunakan bubu lipat kini diperkenalkan sebagai solusi ramah lingkungan yang diadopsi dari Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang. Bubu lipat ini lebih efisien dibandingkan dengan bubu tradisional karena dapat diangkut dalam jumlah banyak di atas perahu, sementara bubu tradisional hanya mampu dibawa dalam jumlah terbatas. Selain efisiensi, ketahanan bubu lipat juga lebih unggul, menjadikannya pilihan yang lebih ekonomis dan berkelanjutan bagi nelayan.

Sejarah Penggunaan Bubu dan Perkembangannya

Bubu adalah alat tangkap ikan yang telah digunakan sejak zaman dahulu kala. Pada awalnya, bubu dibuat dari bahan alami seperti bambu atau rotan, dan dirancang untuk menangkap ikan di dasar laut (ikan demersal). Penggunaan bubu telah berkembang seiring berjalannya waktu, dari bentuk tradisional yang besar dan sulit dipindahkan, hingga bubu lipat modern yang lebih praktis dan efisien. Evolusi ini didorong oleh kebutuhan nelayan akan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.

Keunggulan Bubu Lipat Dibanding Bubu Tradisional

Bubu lipat memiliki beberapa keunggulan signifikan dibandingkan bubu tradisional:

1. Portabilitas: Karena desainnya yang bisa dilipat, nelayan dapat membawa lebih banyak bubu lipat dalam satu kali perjalanan, sehingga meningkatkan efisiensi operasional.

2. Ketahanan: Bubu lipat lebih tahan lama, sehingga investasi awal nelayan menjadi lebih hemat dalam jangka panjang.

3. Efektivitas: Meskipun lebih kecil, bubu lipat dapat menangkap ikan dengan hasil yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan bubu tradisional.

Mengapa Bubu Adalah Alat Tangkap Ramah Lingkungan?

Bubu termasuk dalam kategori alat tangkap ikan yang ramah lingkungan karena bekerja dengan prinsip selektivitas. Bubu hanya menangkap ikan demersal yang memasuki perangkap, tanpa merusak habitat laut seperti karang atau dasar laut. Selain itu, ukuran lubang pada bubu bisa disesuaikan, memungkinkan ikan kecil untuk lolos dan memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk tetap berkembang.

Jika metode penangkapan ikan demersal beralih ke penggunaan bubu, dampak positif terhadap ekosistem akan terasa signifikan. Habitat dasar laut yang sebelumnya rusak oleh alat tangkap yang destruktif dapat pulih, populasi ikan meningkat, dan keanekaragaman hayati tetap terjaga.

Alternatif Penggunaan Bubu

Selain untuk ikan demersal, bubu juga dapat dimodifikasi untuk menangkap berbagai jenis hewan laut lainnya seperti kepiting. Penggunaan bubu di area perairan dangkal hingga laut dalam juga memberikan fleksibilitas bagi nelayan untuk menyesuaikan alat tangkap sesuai dengan target tangkapan mereka.

Cara Penggunaan Bubu

Bubu digunakan dengan cara ditenggelamkan di dasar laut pada area yang menjadi jalur migrasi atau habitat ikan demersal. Setelah ditinggalkan untuk beberapa waktu, bubu akan memerangkap ikan yang masuk. Nelayan kemudian akan menarik bubu yang berisi ikan tanpa perlu khawatir merusak ekosistem di sekitarnya.

Menurut Yusli Sandi, dari Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Bulukumba, pengenalan kembali bubu lipat ini bertujuan untuk membantu nelayan menerapkan praktek penangkapan ikan yang lebih bertanggung jawab. Meskipun alat ini ramah lingkungan, jumlah tangkapan yang didapatkan nelayan tidak akan berkurang. "Dengan menggunakan alat tangkap bubu, ekosistem akan pulih kembali, dan pada akhirnya, hasil tangkapan nelayan akan meningkat," jelasnya.

Penggunaan bubu lipat menjadi langkah penting dalam menciptakan keseimbangan antara menjaga kelestarian laut dan mendukung ekonomi para nelayan. Di tengah perubahan iklim dan kerusakan ekosistem laut yang semakin parah, inovasi seperti ini menjadi jawaban atas tantangan keberlanjutan sektor perikanan di Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

MENGEJUTKAN, DAMPAK RUMPON MELEBIHI EKSPEKTASI

SUB SEKTOR PERIKANAN TANGKAP TERUS MENGGELIAT

Warga Pulau Liukang Loe Menerima 40 Unit Rumpon Dasar pada Tahun 2024 untuk Menanggulangi Degradasi Terumbu Karang